Kamis, 21 Februari 2019

sahabat atau bukan ?


Sore ini, hujan menyisakan dingin. Menghabiskan secangkir thai tea dengan sebuah cerita tentang persahabatan yang sedang diterjang badai. Katanya mereka adalah 3 orang sahabat. Tapi saat ini, satu dari mereka suka sekali membuka aib sahabatnya, menjelek-jelekan sahabatnya, bahkan sampai mengadu domba sahabatnya kepada sahabatnya yanglain. Padahal, persahabatan mereka terjalin cukup lama. Entah apa yang ada dipikiran dia, yang sudah mengadu dombakan dua sahabatnya. Seperti ada masalah yang terjadi antara dia dan salah satu sahabatnya, karena setiap aktivitas yang sahabatnya kerjakan dia selalu bermain dengan prasangka buruk dikepalanya dan membicarakannya kepada sahabatnya yang lain. Apa ini yang dinamakan sahabat? Apakah sahabat adalah orang yang menceritakan kekurangan sahabatnya kepada orang lain? Atau menutupi kekurangan dirinya sendiri dan menjelek-jelekkan sahabatnya untuk mendapatkan dukungan kepada dirinya? Tidak. Sahabat adalah orang yang jika kamu tidak bersamanya, tidak ada keburukan yang ia bicarakan dibelakangmu. Sahabat adalah mereka yang tahu kekuranganmu, namun tetap memilih bersamamu.
Saat ini mungkin ada kekecewaan yang pernah dilakukan oleh salah satu sahabatnya yang membekas sehingga ada rasa dendam dalam hatinya. Atau ada kesalahan dan perlakuan yang dibuat kepadanya yang masih terngiang-ngiang dalam pikirannya. Entahlah aku hanya menerka-nerka , karena membicarakan keburukan sahabat kepada oranglain bukanlah hal yang tepat. Tak ada yang sempurna, sahabatpun pernah berbuat salah, tapi seorang sahabat selalu temukan sebuah alasan untuk saling memaafkan. Jangan sampai tangan yang sudah tergenggam sampai terlepas, atau tubuh yang sudah saling bersandar sampai merenggang.
Setiap insan dianugerahi kelebihan dan diberikan kekurangan agar dapat saling menolong dan melengkapi satu sama lain. Sang pencipta menyiapkan cerita hidup ciptaannya dengan berbeda-beda. Kalau ada hal yang kurang dari orang lain sebaiknya cukup jadikan pembelajaran dalam hidup kita. Jangan biarkan kecewa membuatmu benci. Jangan mengotori hati dengan kebencian, karena kalau sudah benci, apapun yang ia kerjakan, kamu tidak akan suka meskipun itu kebaikan. –unknown-

Selasa, 19 Februari 2019

Senja Berujung Penyesalan


Suatu hari memandang langit dikala senja yang sangat indah menghipnotis siapapun yang memandangnya. Senja yang perlahan datang menampakkan warna jingga nya, lalu tiba-tiba hilang. Tergantikan oleh malam, yang menyisakan kehampaan dan melarutkan jiwa yang bercengkrama, mengapa seindah ini dunia yang Allah ciptakan untuk hamba-hambanya? Mengapa senja yang indah berlalu begitu cepat? Apa yang Engkau harapkan saat menciptakan aku dan semua yang ada di dunia ini? Suatu hal yang luar biasa yang telah ku peroleh dari-Mu, nikmat yang begitu besar yang harus di syukuri, betapa Engkau sangat mencintaiku dengan semua hal yang telah Engkau berikan padaku.
Kini, dibawah pohon rindang senja telah dilahap gelapnya malam. Pikiranku semakin melayang. Lantas, apa balasku? Kewajiban yang telah Engkau perintahkan saja aku masih lalai. Bukan hanya lalai, aku melakukan hal-hal yang tidak Engkau sukai, membuang begitu banyak waktu yang Engkau berikan untuk hal yang tidak berguna. Bahkan mungkin melanggar hal-hal yang Engkau larang dalam kitab-Mu. Aku bisa bersembunyi dari kesalahanku, tapi tidak dari penyesalanku. Dan mungkin aku dapat bermain dengan dramaku tapi tidak dengan karmaku. Sungguh apa yang bisa ku katakan mengenai semua ini.
Sepi, ditemani suasana malam dengan sentuhan angin yang membuat kepalaku terbentur pertanyaan, apakah aku terlalu menganggap remeh dosaku? Kesalahan lalu tertinggal jauh dalam ingatanku, semua yang terjadi tidak pernah bisa kembali, hanya satu kata yang bisa aku ucapkan atas segala kesalahan yaitu sebuah kata “maaf. Dibalik kata maaf, ada janjiku untuk menjadi lebih baik dan tak mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi apakah itu bisa menjamin bahwa diriku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya? Untuk ketiga kalinya? Atau bahkan untuk kesekian kalinya?. Sama sekali tidak menjamin, karena aku hanyalah seorang manusia tempatnya dosa dan kesalahan.
Malam semakin larut, angin semakin menusuk. Berhenti menyesali masa lalu karena itu telah berlalu. Hidup adalah perjalanan menuju pulang. Lalu, apa saja amal yang sudah ku bawa? Kebaikan apa yang sudah aku tanam? Penyesalan adalah hadiah yang pasti akan diterima, tetapi terlalu menyesali hanya akan membuat kita lupa untuk memperbaiki diri.